Sabtu, 20 Oktober 2012

TAFSIR QS.AT TAUBAH :40                                                40. Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quraan menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana .(QS.At-Taubah:40) Jangan duga bahwa perintah berperang itu karena Allah swt.membutuhkan bantuan orang lain dalam memenamngkan agama-Nya; Nabi Muhammad saw. Pun tidak membutuhkan mereka yang enggan dan bermalasmalasan itu, karena itu jikalau kamu wahai yang enggan pergi bersama Nabi , yakni tidak menolongnya,yakni tidak ikut berperang ke Tabuk guna membela agama yang beliau ajarkan, atau kemampuan beliau mengajak kamu maka jangan duga itu merugikannya, jangan juga duga tidak akan ada yang menolongnya. Allah pasti akan menolongnya sebagaimana telah dilakukan-Nya sela ini. Sesungguhnya Allah telah menolongnya,yaitu menolong dan memenangkan Nabi M uhammad saw. Antara lain ketika orangorang kafir,yakni kaum musyrikin Mekah mengeluarkannya dari Makkah sedang ketika itu dia,yakni nabi Muhammad saw. Merupakan salah seorang dari dua orang,yakni bersama Sayyidina A bu Bakar ra. ketika keduanya berada dalam gua, yaitu Jabal Tsaur(bukit tsaur) yang berada hanya beberapa kilometer sebelah selatan pusat kota Mekah, di waktu dia berkata dengan penuh tawakkal, kepad temannya, yakni Sayyidina Abu Bakar ra. : “Janganlah engkau berduka cita, sesungguhnya Allah Yang Maha Kuasa beserta kita. Dia yang akan melindungi dan membantu kita.” Maka Allah menurunkan sakinah-Nya, yakni ketenangan dan ketentraman yang bersumber dari Allah atasnya, yakni kepanya dengan mencurahkan dari atas sehingga mengenai seluruh totalitas jiwa raga Nabi Muhammad saw. Atau Syyidin Abu Bakar ra. Dan mendukung Nabi Muhammad saw. dengan tentara yang kamu tidak melihatnya ketika mereka berada dalam gua itu dan di tempat-tempat lain; dan Dia, yakni Allah menjadikan seruan orang-orang kafir kepada kedurhakaan dan kemusyrikan rendah, atau usaha mereka menawan dan membunuh Nabi saw. Gagal sehingga mereka pada akhirnya pasti akan kalah sedang kalimat Allah, yakni nilai-nilai agama-Nya atau ketetapan-Nya untuk memenangkan Rasul dan agama-Nya itulah saja yang tinggi lagi luhur, sehingga kalau pasti bukan sekarang, maka kelak kalimat itulah yang menang. Allah mempu melakukan hal itu karena Allah Maha Kuasa dan Allah Maha Perkasa tidak dapat dibendung kehendak-Nya lagi Maha Bijaksana dalam semua ketetapan-Nya. Firman-Nya:(idz akhrajahulladzina kafaruu) ketika orang-orang kafir mengeluarkannya, menunjukkan secara tegas bahwa hijrah Raasul saw. Ke Madinah walaupun atsa restu Allah tetapi penyebabnyaadalah sikap permusuhan kaum musyrikin mekah. Itu sebabnya beberapa saat sebelum meninggalkan kota mekah beliau bersabda mengarahkan ucapan kepada tumpah daranya bahwa: “ Demi Allah, engkau adalah tempat yang paling kumuliakan. Seandainya pendudukmu tidak mengeluarkan (mengusir)aku, niscaya aku tidak akan keluar meninggalkanmu.” Memang mereka juga berusaha menghalangi Rasul saw. Meninggalkan kota Mekah,- karena khawatir jangan sampai dakwah Islam brtambah maju – namun itu semua tidak menjadi alasan untuk menyatakan bahwa beliau tidak diusir oleh kaum musyrikin. Upaya-upaya mereka selama ini tidak lain kecuali untuk membnuh atau menangkap beliau (baca QS. Al-Anfal (8): 30) dan karenaitu upaya mereka pada malam hijrah adalah uuntuk membunuh beliau. Upaya meka mengejar beliau ketika berhijrah itupun untuk tujuan yang sama. Kalau tidak demikian, pastlah Rasul saw. Tidak akan berhirah, dan dengan demikian tdak keliru jika dikatakan bahwa penyebab hijrahbeliau adalah sikap kaum musyrikin Mekah. Sabda Nabi saw. Kepada Sayyidina Abu Bakar ra. Yang diabadikan oleh ayt ini yakni (laa tahzan)/ jangan berduka cita beliau ucapkan ketika melihat kecemasanm Sayyidina Abu Bakar ra. Ketika itu beliau melihat dari ulut gua bahwa para pemgejar pasti akan tahu dan melihat mereka dalam gua jika salah satu dari mereka merunduk. Sebuah riwayat mengutip ucapan Sayyidina Abu Bakar ra. Ketika itu, yang menyatakan: “Kalau aku yang teerbnuh, maka hanya seorang yang wafat., tetapi jika engkau wahai Rasul maka umat dan agama akan binasa.” Sabda Rasul saw : (innallaha ma’anaa)/ sesungguhnya Allah bersama kita menjadi bahan analisis para penafsir yang cukup panjang, antara lain ketika membandingkan ucapan Nabi Muhammad saw. Pada saat hijrah ini dengan ucapan Nabi Musa as. Saat hijrahnya meninggalkan Mesir dalam QS. Asy-Syu’ara’ (26): 61, dilukiskan pngejaran Fir’aun dan tentaranya terhadap Nabi Musa as. Dan Bani Israil, ketika itu umat Nabi Musa as. Berkata: (inna lamudrikuun)/ Kita pasti tersusul oleh Fir’aun, nabii Musa as. Menjawab: Qoola kallaa inna ma’ii robbii sayahdiin “Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku” (QS. Asy-Syu’ara’ (26): 62). Anda tidak lihat jawaban Nabii Musa as. Menonjolkan bahwa Allah SWT. Bersama diirinya sendiri, tidak menonjolkan “kebersamaan “ sebagaiman halnya nabi Muhammad saw. Ini memberi isyarat tentang keakuan dan individualisme yang merupakan sifat yang sanga menonjol pada Bani Israil, berrbeda dengan nabi Muhammad saw. Dan ajaran beliau yang cirinya adalah kebersamaan Ketika menafsirkan firman-Nya: (iyya ka na’budu)/ hanya kapada-Mu kami beribadah, dalam surah al fatihah penulis antaralain mengemukakan bahwa penggalan ayat ini menggunakan bentuk jamak “ Hanya kepada- Mu kami beribadah.” Kata “kami” atau kekamian dan kebersamaan yang digunakan oleh ayat ini mengandung beberpa pesan. Salah satu di antaranya adalah untuk menggambarkan bahwa ciri khas ajaran Islam adalah kbersamaan. Seorang muslim harus selalu merasa bersama orang lain, tidak sendiri, atau dengan kata lain, setiap muslim harus memiliki kesadaran sosial. Nabi saw. Bersabda: “ Hendaklah kamu selau merasa bersama-sama (bersama jamaah) karena srigala hanya menerkam domba yang sendirian.” Kelakuan seorang muslim harus lebur secara konseptual bersama aku-aku lainnya, sehingga setiap muslim menjadi seperti yang digambarkan oleh Nabi saw. “bagaikan satu jasad yang merasakan keluhan, bila satu organ merasakan penderitaan.” Kesadaran akan kebersamaan ini bukan terbatas hanya anta sesama muslim atau sebangsa, tetapi mencakup seluruh manusia. Kesadaran tersebut harus ditanamkan dalam diri setiap pribadi , atas dasar prinsip bahwa: seluruh manusia adalah satu kesatuan “semua kamu berasal dari Adam sedang alam diciptakan dari tanah.” Rasa inilah yang menghasilkan” kemanusiaan yang adil dan beradab’, sehingga pada akhirnya, sebagaimana dikatakan menyangkut keterikatannya dengan sesamanya, tidak akan meraskan apapun kecuali derita umat manusia, serta tidak akan berupaya kecuali mewujudkan kesejahteraan mansia. Ia akan berkawan dengan sahabat manusia seperti pengetahuan, kesehatan, kemerdekaan, keadilan, keramahan, dan sebagainya dan dia akan berseteru denganmusuh manusia, seperti kebodohan, penyakit, kemiskinan, prasangka, dan sebagainya. Firman-Nya: Fa’anzalallahu sakinatahu ‘alaihi/ maka Allah menurunkan sakinah-Nya atasnya. Kata sakinah telah dijelaskan maknanya dengan panjang lebar ketika menafsirkan ayat 26 surah ini. Banyak penaffir memahami pengganti nama pada ka ‘alaihi /atasnya , sebagai ditujukan kepada Sayyidina Abu Bakar ra. Dengan alasan bahwa jiwa nabii aw. Selalu diselubungii oleh sakinah , tidak sesaat pun beliau merasakan kecemasan, sehingga Allah tidak perlu menurunkannya kepada beliau. Di sisi lain ulam sepakat menyatakan bahwa pengganti nama pad wa ayyadah/ dan mendukungnya tertuju kepada Nabi saw. Tanpa mengurangi penghormatan dan keagungan Rasul saw. Demikian juga keagungan yang sesuai dengan kedudukan terhormat Sayyidina Abu Bakar ra., penulis cenderung menyatakan bahwa semua penggant nama yang disebut oleh ayat ini tertuju kepada Rasul saw. Ini karena bila salah sati di antara pengganti nama itu tertuju kepada Sayyidina Abu Bakar ra. Sedang lainnya kepada Nabi Muhammad saw., maka susunan kalimat ayat ini menjadii rancu dan terganggu. Di sisi lain- dan ini lebh penting- menjadikan Rasul saw. Tidak membutuhkan lagi sakinah dari Allah dengan alasan telah memperolehnya dapat dinilai melepaskan beliau dari insting kemanusiaannya. Semua manusi walau para nabi agung – pasti dapat merasakan kecemasan, walau tentu kecemasannya tidak mencpaii tigkat kecemasan manusia biasa. Sejarah menginformasikan bahwa dalam Perang Badr Rasul saw. Pun cemas, dan berdoa hingga serbannya terjatuh dan ketika itu Nabi Muhammad saw. Ditenangkan oleh Sayyidina Abu bakar ra. Yang berkata kepadaa beliau: “cukup sudah doamu, karena Allah pasti mmenuhi janji-Nya kepadamu.” (Baca tafsir QS. Al-Anfal (8): 9). Selanjutnya kita dapat bertanya mengapa di sini – yakni pada saat hijrah – ada ulama yang menilai bahwa Rasul saw. Tidak membutuhkan lagi sakinah padahal dalam peristiwa-peristiwa yang teerjadi sesudahnya justru dengan sangat jelas, sekian ayat al-Quran yang menyatakan bahwa Allah menurunkan sakinah kepada beliau? Bukankah dalam surah al-fatihah yang turun pada tahun ke VI Hijrah, yakni enam setelah peristiwa hijrah, Allah berfirman bahwa: ”Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah meurunkan sakinah kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin” (QS. Al-Fath (48): 26), bahkan dalam surah ini ayat 26 dinyatakan-Nya bahwa “ kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepaa orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya.” Kalau sesudah peristiwa hijrah Rasul saw., sakinah masih tetap turun kepada Nabi saw., maka tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa beliau tidak memerlukannya lagi pada saat hijrah itu. Tafsir Ibnu ‘Asyur berpendapat bahwa turunnya sakinah tidak harus dipahami terjadi setelah ucapan nab saw. Kepada Sayyidina Abu Bakar ra. Jangan berduka cita sesungguhnya Allah bersama kita – sebagaiman bunyi redaksi ayat- tetapi bisa saja ucapan tersebut merupakan salah satu manifestasi dari sakinah yag turun itu. Dengan demikian, menurutnya ayat ini bagaikan menyatakan bahwa :Allah telah menolongnya, maka Allah menurunkan sakinah atasnya, dan mendukungnya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, ketika dia dikeluarkan oleh orang-orang kafir dari Mekah, dan ketika dia berada di dalam gua serta ketika di berkata kepada sahabatnya: jangan engkau berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita. Dengan demikian ketiga waktu peristiwa yang disebut itu kesemuanya berkaitan dengan pertolongan Allah. Ia adalah kalimat yang disisipkan antara dua kalimat yang lain pada kedua ayat itu. Tujuannya adalah untuk menjelaskan bahwa kemenangan dan pertolongan Allah terjadi pada waktu dan situai yang menurut kebiasaan tidak mungkin akan terjadi dalam situasi dan waktu serupa tanpa bantuan dan pertolongna Allah SWT. Itu adlah suatu mukjizat, yakni sesuatu di luar kebiasaan. Dengan penjelasan makna ayat seperti di atas, Ibnu ‘Asyur menyingkirkan serta menampik dan menolak pendapat ulama yang menjadkan pengganti nama pada kata “alaihi” /atasnya tertuju kepada Sayyidina Abu bakar ra. Dan selainnya tertuju kepada Nabi Muhammad saw. Pandangan ini menjadikan susunan ayat ini rancu dan kaku, padahal tujuan ayat adalah untuk menggambarkan kemantapan jiwa Nabi Muhammad saw. Menghadapi situasi sulit, dan penyebutan “sahabat baliau”, yakni Sayyidina Abu Bakar ra. Tidak dimaksudkan kecuali untuk menjelaskan kemantapan Nabi sa. Itu. Demikian Ibnu ‘Asyur. Para ulama membandingkan antara situasi hijrah nabi dan peperangan badr serta perbedaan sikap Rasul saw. Dan sayyidina abu bakar ra. Dalam kedua peristiwa itu. Ketika di gua Tsaur ketka berhijrah Rasul saw. Menenangkan Abu Bakar ra. Sambil berkata “ Jangan engkau berduka cita, sesunggunhya Allah bersama kita.” Keadaan ini bertolak belakang dengan apa yang kemudian mereka alami dalam Perang Badr. Ketika itu yang gusar dan cemas adalah Nabi Muhammad saw. , sedang Abu Bakar ra. Yang menenangkan beliau. Mengapa terjadi dua sikap yang berbeda dari Nabi saw. Dan Abu bakar ra.? Di sini, kita mendapat pelajaran yang sangat dalam dan berharga menyangkut hakikat-hakikat keagamaan. Dua peristiwa yang berbeda di atas menurut dua sikap kejiwaan yang berbeda dan keduanya diperankan dengan sangat jitu oleh Nabi Muhammad saw. Kedua hakikat keagamaan itu adalah: tawakkal dan usaha (takwa). Rasul saw. Diperintahkan untuk brhijrah seketika perintah itu tiba tanpa didahului perinah bersiap-siap dalam waktu yag cukup lama – untuk melaksanakan hijrah. Karena itu, beliau melakkan hijrah dengan penuh keyakinan bahwa allah pasti bersama mereka, atau apapun yang terjadii, maka itu adalah pilihan-Nya yang terbaik, sehingga tada lagi alasan untuk takut, gentar atau bersedih. Berbeda halnya dengan peperangan dimana beliau diperintahkan untuk bersiap menghadapi musuh. Kekhawatiran nabisaw. Ketika itu timbul karena keraguan beliau akan kesemurnaan persiapan-persiapan yang dilakukanna selama ini. Karena, jika apa yang diragukan itu benar-benar terjadi, itu berarti beliau telah menjerumuskan umat, bahkan agama, ke jurang yang sangat berbahaya. Nah, dari sini, beliau cemas. Di sini bkan tempatnya bertawakkal tetapi usaha dan doa, apalagi usaha masih dapat dilakukan, berbeda keadaannya ketika mereka berada di mlut gua, yang tidak memungkinkan ada jalan lain kecuali berserah diri kepada Allah SWT. Usaha maksimal ketika akan berhijrah telah beliau lakukan. Dalam konteks ini satu riwayat menyebutkan bahwa ketika Rasul saw. Menyampaikan kepada Abu Bakar ra. Bahwa Allah SWT. Memerintahkannya untuk berhijrah bersama, Abu Bakar ra. Menangis kegirangan. Dan seketika itu juga ia menyerahkan dua ekor unta kepada Rasul saw.- yang selama ini telah ia siapkan – agar beliau memilih salah satunya. Menuru riwayat, Nabi saw. Bersikeras untuk membelinya? Bukankah Abu Bakar ra. Sahabat baliau? Bukankah sebelum ini – bahkan sesudahnya – nabi saw. Selalu menerima hadiah dan pemberian Sayyidina Abu Bakar ra.? Para lam menjawab bahwa ketika itu Rasulullah saw. Ingin mengajarka bahwa untuk mencapai suatu usaha besar dibutuhkan pengorbanan maksimal dari setiap orang. Beliau bermaksud berhijrah dengan segala daya yang dimilikinya, tenaga, pikiran, dan materi, bahkan dengan jiwa dan raga beliau. Dengan membayar harga unt itu, Nabi saw. Mengajarkan kepadaa Sayyidina Abu Bakar ra. Dan kepada umatnya bahwa dalam mengabdi kepada Allah, janganlah mengabaikan sedikit kemampuanpun, selama kemampuan itu masih dimiliki. Firma-Nya : wa ayyadahu bijunudin lam tarauha/ Dia mendukungnya dengan tentara-tentara yang kamu tidak melihatnya. Kata junud serta uraian tentang tentara Allah telah dikemukakan ketika menafsirkan ayat 26 surah ini. Dalam konteks ayat ini, banyak riwayat yang menjelaskan maksudnya seperti adanya laba-laba yang menutupi mulut gua atau dua ekor merpati di sana. Riwayat-riwayat itu sangat populer, namun demikian penulis tidak cenderung menguraikannya karena seringkali hal ini menjadikan siapa yang mendengar riwayat yang diperselisihkan nilainya itu, melupakan usaha maksimal Rasul saw. Sertaupaya-upay yang didasari oleh hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya guna meraih sukses. Misalnya upaya beeliau menempuh jalur yang tidak biasa ditempuh, penugasan penunjuk jalan, yaitu seorang non-muslim bernama ‘Abdullah Ibnu Arqath; penugasan Ali Ibnu Abi Tahalib ra. Untuk tidur di pembaringan beliau dan berselimutkan selimut beliau, di samping upaya-upaya yang dilakukan oleh ‘Abdullah dan Asma’ putra putri sayyidina Abu Bakar ra., demikian juga Amir Ibnu Fuhairah budak yang dimerdekakan Sayyidina Abu Bakar ra. Dan lain-lain yang kesemuanya merupakan faktor-faktor rasional- bukan supra rasional – dalam mencapai sukses berhijrah itu. Ini semua tanpa mengingkari adanya faktor-faktor supra rasional yang dianugerahkan Allah SWT. Dukungan tentara Allah – jika dipahami dalam arti malaikat dapat berarti upaya mereka menanamkan kebingungan di dalam hati orang-orang musyrik yang bermaksud membunuh Nabi saw. Atau menagkap beliau, atau menyesatkan jalanmereka sehingga tidak dapat menemukan nabi saw. Dalam persembunyiannya atau mengejar beliau dlam perjalanannya. Itu semua mereka (tentara Allah) lakukan demi memelihar beliau. Seperti diketahui malaikat dan setan dapat menanamkan bisikan dalam hati manusia. Rasul saw. Menamai bisikan itu dengan lammah malakiyah dan lammah syaithoniyah. Friman-Nya: wa ja’ala kalimata alladzina kafaru as-sufla/ Dia menadikan seruan orang-orang kafir rendah berbeda dengan firman-Nya wa kalimatullahi hiya al-ulya/ dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Perbedaannya antara lain terletak pada kata menjadikan. Untuk kalimat kufur, Allah menjadikannya rendah sedang untuk kalimat Allah kata menjadikan tidak disebut. Ini berarti bahwa kalimat Allah pada dasarnya sudah tinggi dan luhur tidak perlu ditinggikan, adapun kalimat kufur ada yang menganggapnya tinggi padahal ia rendah lalu dijadikan lagi oleh Allah rendah. Di sisi lain karena susunan kalimat yang digunakan dalam melukiskan kalimat Allah adaalah susunan kalimat yang diistilahkan oleh para pakar-pakar bahasa dengan jumlah ismiyah (nominal sentence), maka ini menunjukkan kemantapan, ketinggian dan keluhuran kalimat itu. TAFSIR Q.S.MUHAMMAD : 7           “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S. Muhammad: 7) Ayat ini adalah suatu anjuran Allah bagi orang orang mukmin sambil Allah menjanjikan kemenangan buat mereka. Di sini Allah berfirman: Hai orang orang yang beriman, jika kamu dari saat ke saat melalui niat dan amal amal kamu menolong agama Allah , baik dengan ucapan menjelaskan hakikat dan bukti bukti kebenarannyamaupun dengan tindakan menampik penghambat-penghambatnya niscaya Dia akan menolong kamu menghadapi maneka tantangan serta menyelesaikannya dan meneguhkan kaki kaki yakni kedudukan kamu sehingga semangat juang kamu terus berkobar, ketenangan batin terus menghiasi jiwa kamu dan kepercayaan diri kamu pun selalu besar. Kata yanshurkum / menolong kamu menyelesaikan aneka tantangan dalam arti mengilhami mereka jalan keluar dan mengarahkan mereka jalan keluar dan mengarahkan mereka menemukan cara dan sebab sebab yang sesuai dengan sunnatullah dalam meraih kemenangan. Ini bukan berarti allah turun tangan secara langsung membela kaum beriman, bukan juga tanpa upaya maksimal dari mereka. Kata ( in) /jika pada firmanNya : ( in tanshuru Allah )yang biasa di gunakan untuk sesuatu yang di ragukan, bukan tertuju pada janji Allah menolong kaum beriman, tetapi tertuju kepada kaum beriman, dengan maksut agar selalu meragukan kesungguhan mereka berupaya menolong agama Allah. Karena dengan keraguan itu, mereka akan gterus meningkatkan upaya, berbeda halnya dengan orang yang telah yakin akan usahanya. Yang ini pasti akan mandek upayanya karena merasa apa yang di upayakan telah cukup. TAFSIR QS. AL-ANFAL:17                   •       “Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” ( Q.S. AL ANFAL; 17) Ayat ini mengingatkan pada peristiwa perang Badr, maka pada ayat ini allah menjelaskan: maka sebenarnya bukan kamu wahai pasukan yang terlibat dalam perang yang membunuh mereka, akan tetapi allah yang Maha kuasa yang membunuh mereka melali izin-Nyakapada nabi Muhammad saw, sehingga melempar mereka dan mengenai mata seluruh pasukan musyrik dan katrena itu bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah lah yang melempar karena akibat dari lemparan itu, tidak mungkin terjadi jika yang melempar itu manusia. Allah melakukan itu untuk membinasakan kaum musyrikin dan kesudahannya adalah Dia menganugrahkan kepada kaum mukminin yang mantap imannya dan disisiNya anugrah yang baik yaitu kemenangan harta rampasan, serta ganjaran dari Allah dan diatas itu semua adalah meletakkan dasar yang sangat kukuh untuk kelanggengan nilai nilai ilahi. Dan sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui. Firman-Nya ( wa maa ramaita idz ramaita wa lakinna Allahu rana)/ bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar di jelaskan maknanya oleh riwayat yang menyatakan bahwa ketika rasul saw baru saja selesai mengorbarkan semangat kaum muslimin dalam perang Badr, malaikat jibril datang dan meminta nabi saw. Untuk mengambil segenggam batu kecil. Nabi saw mengambil lalu melemparkan batu batu yang bercampur pasir itu kearah pasukan musyrik sambil memerintahkan pada pasukan islam untuk menyerang. Ketika itu pasir dan batu batu yang mereka lempar itu mengenai mata, hidung dan mulut musuh dan mereka pun kocar kacir sehingga terkalahkan (HR. Ath- Thabari Yang di maksud dengan bukan engkau yang melempar bukanlah menafikan gerak tangan Nabi dan pelemparan yang beliau lakukan, terbukti dengan redaksi berikutnya yakni ketika engkau melempar ,- tetapi maksudnya bukan engkau yang menghasilkan dampak pelemparan tersebut. Karena kalu nabi yang melakukannya, mana mungkin segenggam batu dapat mengenai tepat mata lawan, bahkan mengenai semua mata mereka semua yang jumlahnya seribu orang lebih. Itu adalh sesuatu yang berada di luar kebiasaan. Untuk menghindari kemungkinan memahaminya dalam arti majazi, maka ayat ini menekankannya dengan kata ketika engkau melempar. Kata ( liyubliya )terambil dari kata (bala’)yang berarti menguji. Huruf lam pada kata tersebut adalah lam ‘aqibah yang mengandung arti hasil, kesudahan atau akibat. Sedang kata ablahu bermakna memberi anugrah. Kata ini pada mulanya berarti ujian, kemudian digunakan untuk menunjukkan perolehan sesuatu yang menjadikan siapa yang memperolehnya sangat tersentuh dan terpengaruh. Biasanya perolehan itu sesuatu yang negatif, tetapi tidak selalu demikian. Dan bisa juga yang positif dan menyenangkan, karena itu Allah berfirman: “kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan” (Q.S. al-Anbiya’:35). Ujian yang di maksud oleh ayat ini adalah terjun dalam peperangan, dan karena ujian tersebut di lukiskan dengan ujian yang baik, maka ini berarti bahwa hasil peperangan adalah kemenangan. Penggunaan kata tersebut dalam ayat ini, juga mengisyaratkan bahwa kemenangan dalam perang Badr, keyakinan akan sumber kemenangan itu, dan hasil hasil positif lainnya yang di raih adalah ujian bagi kaum muslimin. Kata (minhu) / dari sisi-Nya pada ayat di atas menekannkan sekali lagi bahwa kemenangan itu bersumber dari Allah swt. Ayat ini menunjukkan kemenangan dalam perang Badr adalah sesuatu yang berada di luar upaya manusiawi, atau hukum-hukum sebab akibat yang lumrah di ketahui, tetapi kemenangan itu benar benar melalui inayah Allah yakni melalui pertolonganNya – di luar hukum hukum sebab akibat yang selama ini di ketahui manusia. Betapa tidak, kalau menggunakan logika kebiasaan, mana mungkin pasukan yang jumlahnya sedikit dengan perlengkapan yang terbatas dan tanpa persiapan perang dapat mengalahkan musuh yang siap berperang dan dari segi kekuatan fisik, jauh melebihi pasukan kaum muslimin?. TAFSIR QS. AL MAIDAH :54                  •                       54. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.(Qs. Al-Maidah:54) Allah berfirman, mengabarkan kekuasaan-Nya mahaagung bahwasanya barang siapa yang berpaling dari membela agama-Nya dan menegakkan syari'at-Nya, maka Allah akan menggantinya dengan orang yang lebih baik, lebih kuat, dan lebih lurus jalannya. Sebagaimana Allah berfirman: (wa intatawallau yastabdil qouman ghoirokum tsumma laa yakuunu amtsaalakum) " Dan jika kamu berpaling, niscaya Allah akan mengganti (mu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini)."(QS. Muhammad:38). Adapun dalam surat ini, Allah Ta'ala berfirman: (Yaa ayyuhalladzina aamanu man yartadda minkum 'an diinihi) "Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya." Yaaitu berpa dari kebenaran menuju kepada kebatilan. Muhammad bin Ka'ab mengatakan: "Ayat ini turun berkenaan dengan para pemimpin dari kalangan kaum Quraisy." Al Hasan al- Basri mengatakan: Ayat ini berkenaan dengan orang-orang murtad yang ada pada masa Abu Bakar." (fasaufa ya'tillahu biqoumin yuhibbuhum wa yuhibbuunahu) "Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencinta-Nya." Al-Hasan al-Bashri mengatakan :"Demi Allah, mereka adalah Abu Bakar dan para sahabatnya." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim). Ibnu Hatim mengatakan dari abu Musa al-asy'ari: "Ketika turun ayat: (fasaufa ya'tillahu biqoumin yuhibbuhum wa yuhibbuunahu) "Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencinta-Nya." Rasulullah saw. Bersabda :" Mereka itu adalah kaum ini." (diriwayatkan oleh Ibnu Jarir) Firman-Nya: ( Adzillatin 'ala al mukminiina a'izzatin 'al al kaafiriina) " Yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir." Yang demikian itu merupakan sifat-sifat orang mukmin yang sempurna, yaitu bersikap merendahkan diri dan penuh kasih sayang kepada saudara-saudaranya dan para pemimpin mereka, tetapi bersikap tegas dank eras terhadap musuh-musuh mereka. Sebagaimana Allah Ta'ala telah berfirman: ( Muhammadurrasulullahi walladziina ma'ahu asyiddaa u 'alal kuffaari ru hamaa u bainahum) " Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka." (QS. Al-Fath: 29). Firman Allah SWT. (Yujaahiduuna fi sabiilillahi walaa yakhoofuuna law mata laa im) "Yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela." Maksudnya mereka tidak pernah mundur dari berbuat taat kepada Allah dan menegakkan hukum-hukum-Nya, juga memerangi musuh-musuh-Nya, serta menjalankan amar ma'ruf nahi munkar. Dan dalam melakukan hal itu tidak ada yang dapat menolak mereka dan menghalangi mereka, dan tidak ada celaan seorang pencela pun yang menggoyahkan pendirian mereka. (Dzaalika fadhlullahi yuktiihi man yasyaaa') " Iutlah karunia Allah, diberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya." Artinya, barang siapa yang menghiasi diri dengan sifat-sifat tersebut, maka yang demkian itu tidak lain hanyalah karunia dan taufik Allah yang Allah berikan kepadanya, ( Wallahu waasi’un ‘aliim) “ Dan Allah Maha Luas Pemberian-nya lagi Maha mengetahui.” Maksudnya, Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui siapa yang berhak mendapatkannya dan siapa pula yang tidak berhak menerimanya. TAFSIR QS.ATTAUBAH : 25-26                                               Ayat ini mengingatkan tentang perang Hunain guna membuktikan bahwa Allah SWT mampu menjatuhkan sanksi dan melaksanakan ancamannya walaupun jumlah mereka banyak. Sekaligus ayat ini mengingatkan bahwa Allah SWT yang dapat membantu dan menolong mereka sebagaimana selama ini mereka teah di tolongNya. sesungguhnya Allah telah menolong dan memenangkan kamu hai para mukminin di medan peperangan yang banyak sedang ketika itu kamu dalam keadaan lemah seperti dalam perang Badr, Quraidzah, bani an-Nadzir, Khaibar dan aneka peperangan dengan orang kafir, dan ingatlah saat peperangan hunainyaitu diwaktu sebagian kamu menjadibangga dan congkak karena banyaknya jumlah kamu sehingga ada diantara kamu yang berkata : “ hari ini kita tidak akan terkalahkan sebab kita banyak.” Ini karena pasukan kaum muslimin pada waktu itu lebih dari 12.000 orang sedang lawan mereka hanya 4000 orang pasukan selain wanita dan anak anakyang tidak terlibat dalam peperangan, maka jumlah kamu yang banyak itu tidak memberi manfaatkepada kamu sedikitpundan bumi yang lias itu telah terasa sempit oleh kamu akibat serangan musuh yang bertubi tubi dan mendadak dari segala penjuru sehingga tidak ada lagi tempatyang aman bagi kamu, sehingga setelah serangan musuh sudah sedemikian menggebu kamu lri kebelakang dengan bercerai baraimeninggalkan rasul SAW. Dan beberapa orang sahabat beliau. Kemudian Allah menurunkan sakinah yakni ketenangan pada Rasul-Nya dan kepada orang orang mukmin sejati dan menurunkan bala tentara yang kamu tidak melihatnya dengan matakepala tetapi kamu rasakan kehadirannya, yakni para malaikat atau apapun yang tidak terlihat dan dia menyiksa orang orang yang kafir melalui pembunuhan, penawanan, luka perampasan harta serta kekalahan dan demikian balasan yang di jatuhkan Allah terhadap orang orang kafir yang menutupi kebenaran dan enggan menerimanya. Kemudian sesudah siksa yang mereka alami ituyakni 20 hari setelah usainya peperangan itu Allah menerima taubat siapa yang di kehendakinya dari kaum musyrikin yang ternyata memiliki keinginaan untuk beriman dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang. Perang hunain terjadi pada awal bulan Syawal tahun VIII Hijriah setelah fathu makkah- ketika itu suku Hauzan bersama Tsaqif dengan pasukan yang terdiri dari 4000 orang berkumpul untuk menyerang nabi SAW dan kaum muslimin. Malik ibn Nuwairah pemimpin pasukan musyrik memerintahkan agar anggota pasukannya membawa serta harta benda binatang berupa unta dan kambing serta emas dan perak bersama keluarga mereka agar mereka berperang sekuat mungkin demi mempertahankan paling tidak harta benda dan keluarga yang mereka bawa itu.pada awal pertempuran kaummusyrikin yang pertama menduduki posisi strategis dan menkocar kacirkan pasukan islam yang mendadak di serang dengan semburan panah dari segala penjuru.pasukan islam ketika itu terdiri dari 10.000orang yang merupakan anggota pasukan yang menguasai mekkahdi tanbah dengan 2000 pasukan yang memeluk islam setelah fath- makkah. Julklah yang banyak ini kocar kacir dan tidak bertahan kecuali rasul SAW, bersama sekian banyak sahabat setia beliau antara lain Abu bakar RA dan umar RA serta keluarga dekat beliau antara lain Ali bin Abu tholib, Abbas ibn Abdul muthallib ra, Abu Sufyan bin Al harits ra bukan Ibnu harb serta beberapa orang selain mereka. Rasul SAW memerintahkan pada al- Abbas yang suaranya cukup keras untuk memanggil pasukan dan ketika itu berkumpullah sekitar 100 pasukan yang bertahan menghadapi kaum musyrikin itu. Ali Ibnu Abu yholib ra bersama seorang mukmin yamh lain berhasil membunuh pembawa panji mereka sehingga kaum musyrikin kocar kacir dan akhirnya terkalahkan. Ribuan diantara mereka tertawan dan harta benda yang tak terhitung nilainya di rampas, antara lain sekitar 12.000 onta dan jumlah yangtidak terhitung banyaknya dari kambing dan tawanan pun amat banyak termasuk anak dan istri yang mereka bawauntuk mendukung mental mereka. Sikap rasul bertahan dalam menghadapi serangan musuh kaum musyrikin itulah yang di gambarkan oleh ayat ini dengan turunnya sakinah pada diri beliau demikian juga yamg dialami oleh sekitar 100 sahabat beliau. Malaikat turun dan itulah antara lain yang di pahami oleh banyak ulamasebagai makna dari “ kehadiran bala tentara Allah yang tidak terlihat”. TAFSIR QS. ALI IMRON: 123        •     Dengan ayat ini Allah menegaskan bahwa sesungguhnyaAllah telah menolong kamu dalam perang badr yang terjadi pada tanggal 17 Romadzan tahun ke II hijrah itu padahal kamu ketika itu menurit ukuran kamu sendiri adalah orang orang yang lemah, karena jumlah kamu tidak lebih dari 1/3 musuh, perlengkapan kamupun sangat sederhanadan sedikit. Ketika itu Allah membantu kamu karena kamu bertaqwa dan berserah diri pada-Nya setelah segala usaha kamu lakukan. Karena itu sejak sekarang sampai masa masa yang akan datanng bertaqwalah kepada Allah dalam setiap dan segala urusan kamu, supaya dengan bertaqwa itu kamu melaksanakan kewajiban bersyukur kepadanya. TAFSIR QS. ALI IMRAN:124-125                                Ada yang mengaitkan ayat ini dengan ayat sebelumnya, yakni yang berbicara tentang perang badr. Jika demikian hubungannya cukup jelas. Ada juga yang mengaitkannya dengan uraian tentang perang uhud sehingga ayat ini menguraikan ucapan rosulullah kepada para sahabatnya yang akan terlibat dalam perang uhud, setelah dalam ayat ayat di kemukakan penempatan mereka pada lokasilokasi tertentu penulis cenderung memahaminya sebagai uraian tentang perang uhud. Disini, terdapat janji untuk menurunkan 3000 bahkan 5000 malaikat padahal secara tegas surat Al Anfal ayat 9 yang berbicara tentang turunnnya malaikat dalam peranng badar Allah swt. Membatasi jumlaj ini dalam 1000 malaikat. Ingatlah, ketika kamu memohon pertolongan kepada tuhanmu lalu di perkenakannya bagimu “sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan 1000 malaikat yang datang berturut-turut”. Bahwa dalam perang uhud kaum muslimin mendapat janji untuk turunnya malaikat. Namun janji tersebut bersyarat sebagaimana terbaca di atas, yakni jika kamu bersabar dan bertaqwa sedang dalam kenyataannya, mereka tidak sabar bahkan sebagian kocar kacir dan lari meninggalkan medan perang. Dalam ayat yang di tafsirkan ini, allah kembali memerintahkan kepada nabi saw.untuk menyampaikan kepada orang mukmin yang akan terlibat dalam perang uhud ketika beliau bermusyawarah di masjid sebelum berangkat di uhud. Beliau bersabda sebagaimana di abadikan dalam ayat ini “apakah tidak akan cukup bagi kamu wahai orang orang mukmin bakwa tuhan pemelihara kamu membantu kamu secara bersinambung dengan bantuan yang tidak nampak, dengan 3000 malaikat yang di turunkan. Penyebutan kata di turunkan memenuhi syarat bahwa malaikat malaikat yanng di janjikan itu, turun secara khusus dari langitbukan malaikat malaikat yang di janjikan itu ynag berasal dari bumi.ia cukup sekali jumlah itu bahkan walau satu malaikatpun cukup, namun demikian untuk lebih memenangkan lagi hati kamu, allah akan menambahnya sehingga jika kamu bersabar tabah dalam menghadapi lawan dan bertaqwa demi melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dan mereka, yakni orang orang kafir itu datang menyerang kamu dengan cepat dan seketika itu juga, niscaya Allah membantu kamu secara bersinambung dengan bantuan yang jelas tampak berupa 5000 malaikat yang memakai tanda. TAFSIR QS.ALI IMRON :126       •     •        Setelah menjanjikan turunnya malaikat dalam peperangan, ayat ini mengingatkan kaum muslimin agar tidak menduga kehadiran malaikat yang membantu, merupakan sebab kemenangan. Penegasan Allah bahwa kemenangan hanya bersumber dari-Nya, berulang-ulang ditekankan dalam al Quran. Ini bertujuan untuk mengarahkan pandangan dan pikiran kaum muslimin, agar jangan semata-mata, memandang kepada jumlah pasukan atau alat-alta material, tetapi hendaknya mengarahkan juga-bahkan lebih-lebih- pandangan dan harapan kepada Allah SWT. TAFSIR QS. AR RA’D :11                              •          Beberapa hal yang menjadi garis besar mengenai ayat ini: 1. Ayat-ayat tersebut berbicara tentang perubahan sosial, bukan perubahan individu. 2. Penggunaan kata “qaum”, juga menunjukkan bahwa hukum kemasyarakatan ini tidak hanya berlaku bagi kaum muslimin atau satu suku, ras, dan agama tertentu, tetapi ia berlakuk umu, kapan dan dimana pun mereka berada. 3. Ayat tersebut berbicara tentang dua perilaku perubahan. Pelaku pertama adalah Allah, dan pelaku kedua adalah manusia. 4. Ayat tersebut menekankan bahwa perubahan yang dilakukan oleh Allah, haruslah didahului oleh perubahan yang dilakukan oleh masyarakat menyangkut sisi dalam mereka. Banyak hal yang dapat ditampung oleh nafs, namun dalam konteks perubahan digarisbawahi tiga hal pokok: 1. Nilai-nilai yang dianut dan dihayati oleh masyarakat. 2. Menyangkut sisi dalam manusia, yaitu iradah, yakni tekad dan kemauan keras. 3. Menyangkut kemapuan. Ayat di atas, disamping meletakkan tanggung jawab yang besar terhaddap manusia, karena darinya dipahami bahwa kehendak Allah atas manusia yang telah Dia tetapkan melalui sunnah-sunnah-Nya berkaitan erat dengan kehendak dan sikap manusia. BUKAN ZAMAN ABRAHAH Bangunan Ka’bah sudah ada sejak zaman dahulu sebelum Nabi saw. Lahir. Dan mengenai cerita seorang Raja Abrahah, yaitu Abrahah bin Hisyam yang ingin menghancurkan ka’bah inipun sudah sudah diketahui oleh kebanyakan orang. Abrahah beserta pasukan bala tentara tentara bergajah datang dari Yaman ke Mekah guna menyerbu Ka’bah dan menghancurkannya. Namun apa yang terjadi? Dengan sunnatullah, bangunan Ka’bah yang berdiri sejak zaman Nabi Ibrahim as. Ini terlindungi dari ancaman tersebut. Allah menurunkan keajaiban berupa turunnya burung-burung Ababil yang melempari Abrahah beserta pasukannya tersebut dengan batu yang berasal dari tanah yang terbakar. Kemudian Allah mmenjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat. Ketika Ka’bah hendak dihancurkan oleh Abrahah beserta pasukannya, penduduk Makkah menunjukkan sikap pasifnya yang tidak berusaha melindungi Ka’bah dari kehancuran. Tapi mengapa burung- burung Ababil turun? Mengapa ia turun kepada kaum yang mempunyai sikap pasif dan tidak mau mengambil tindakan? Keajaiban itu terjadi karena hal tersebut merupakan sunnatullah dalam memusnahkan orang-orang zalim. Tatkala Baitullah terancam bahaya kehancuran, sunnatullah berlaku, walaupun orang-orang yang beriman lalai dan tidak peduli. Bahkan kejadian seperti ini pula terjadi pada masa para nabii sebelum Nabi Muhammad saw. KISAH NABI NUH AS. DENGAN KAUMNYA Pada masa Nabi Nuh as. Sunnatullah berlaku berupa badai topan besar yang menimpa orang-orang yang membangkang terhadap ajakan Nabi Nuh as. Untuk mentauhidkan Allah. Tidak ada pertempuran antara orang-orang beriman dengan orang-orang kafir. Namun dengan adanya badai topan yang luar biasa itu, Allah menyelamatkan orang-orang yang beriman ke atas bahtera. KISAH NABI LUTH AS. DENGAN KAUMNYA Ketika kaumnya mendustakannya, Nabi Luth as. Berdoa: (QS. Asy-Syu’araa’: “(Luth berdoa), “ Ya Rabb-ku, selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatab yang mereka kerjakan.” (QS. Asy-Syu’araa’) Maka datanglah perintah dari Allah SWT: “ Maka pergilah kamu di akhir malam dengan membawa keluargamu, dan ikitilah mereka dari belakang dan janganlah seorang pun di antara kamu menoleh ke belakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang diperintahkan kepadamu,” (QS. Al-Hijr :65) Saama sekali tidak ada pertempuran. Kemudian Allah SWT. Menerangkan peristiwa yang menimpa para penghuni negeri yang zalim itu setelah Nabi Luth as. Keluar dari sana. Allah SWT. Berfirman: “Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.” (QS. Al- Hijr: 76) UMAT NABI MUHAMMAD SAW. Berselang lima puluh hari setelah pemusnahan Abrahah dan pasukannya, Allah SWT. Memberikan syariat (aturan) baru dalam membinasakan orang-orang zalim. Lahirlah manusia pilihan, yaitu Nabi Muhammad saw. Yang berubah bersamaan dengan kelahiran Rasulullah saw. Adaalah cara pemusnahannya. Sebelumnya, kaum yang zalim dan durjana dibinasakan dengan peristiwa yang luar biasa dan tidak dapat dicerna akal. Sedangkan pada syariat yang baru ini (ajaran Rasulullah saw. Yang menjadi sunnatullah adalah firman Allah SWT. “ Haui orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad :7). Allah akan mmenganugerahkan limpahan berkah, rahmat, rasa aman, pengokohan, dan taufik kepada oorang-orang yang beriman. Sementara itu, Allah SWT akan menimpakan azab, siksaan, dan kemurkaan kepada orang-orang kafir. Namun, tanpa dibarengi usaha dan perjuangan, “Burung-burung Ababil” bias dipastikan tidak akan mendatangi kita. Batu-batu yang berasal dari tanah yang terbakar tidak akan dilimpahkan kepadaa mmusuh-musuh agama. Di sisi Allah SWT. Kita bukanlah orang yang lebih mulia dibandingkan dengan Nabi Muhammad saw. Akan tetapi semua sunnatullah ini telah dilalui dalam rentetan hidup sejarah beliau. Perang Badar “Burung-burung Ababil” tidak turun menghampiri kaum kafir untuk mencegah peperangan dan pertempuran di antara dua pasukan. Justru yang terj adi sebaliknya, semua perangkat dan kondisi yang ada mendorong kedua pasukan ini ingin berperang, walaupun kedua pasukan ini enggan berrperang. Walau bagaimanapun pertempertempuran mesti terrjadi. Namun, sebelum pertemperuran dimulai, “burung-burung Ababil” tidak kunjung turun mengambil bagian. Padahal, pasukan beriman jauh berlipat-lipat lebih mulia di sisi Allah SWT dibandingkan dengan penduduk Meka ketika diserbu oleh Abarahah. Yang terrjadi adalah sunnatullah yang baru. :           “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7) • Mesti memilih tempat (posisi) yang tepat; • Mesti melakukan musyawarah yang bersih/hakiki; • Mesti mengatur dan menyusun barisan yang koko; • Mesti menyatukan dan mengharmonisasikan hati; • Mesti membawa pedang (senjata); • Harus ada perencanaan (strategi) yang jitu dan akurat; • Harus memanjatkan doa sepenuh hati; • Harus memiliki keteguhan hati yang kokoh; dan • Harus dilalui dengan penderitaan, luka yang mengoyak, darah yang bersimbah, dan gugurnya para syuhada’. Perang Ahzab (Khandaq) Pada peperangan ini pasukan kaum kafir berjumlah sepuluh ribu orang. Umat Islam terancam dibumihanguskan hingga ke akar-akarnya. Sementara itu, burung-burung Ababil” tak kunjung untuk menghabisi kaum kafir. Sunnatullah yang ada pun berlaku: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7) Baru setelah semua ini dilalui, “burung-burung Ababil” turun. Akan tetapi, yang paling penting adalah berbuat dan berusaha, harus bergerak dan berjuang secara aktif. • Harus ada keyakinanyang kuat meraih kemenangan; • Kaum beriman harus bersatu padu; • Harus ada perencanaan yang tepat; • Harus menggali parit; • Harus sabar menahan lapar; • Harus melakukan sumpah dan janji seti; • Harus memecah belah kekuatan dan barisan kaum musyrikin dengan kaum YAhudi; • Harus mahir bertempur(berperang); • Harus mmempunyai bbadan inteelijen dan informasi yang kuat. Namun, di atas segalanya, yang penting kita harus berbuat dan berjuang, terus beramal saleh. Amal perbuatan yang semata-mata ikhlas karena Allah SWT. Perang Uhud Kaum muslimin bukan hanya tidak mematuhi strategi dan taktik yang telah diajarkan saja, yaitu ketika para pemanah di atas bukit dan gunung meninggalkan pos-pos mereka untuk mengambil harta rampasan perang. Akan tetapi, mereka juga telah melakukan pelanggaran yang sangat berbahya, yaitu penodaan hati. “Burung-burung Ababil” tidak turun membantu kaum muslimin guna menyelamatkan mereka dari kesalahan dan pelanggaran yang mereka lakukan. Sebab sunnatullah yang telah Allah tetapkan untuk umat ini adalah: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Muhammad: 7) Hendaknya kita selalu sadar bahwa sekarang kita tak lagi hidup di zaman Abarahah, akan tetapi, kita berrada di zaman Rasulullah saw. Dan sunnah yang sysriatkan Allah bagi umatnya. Wahai Umat Islam, Pahamilah ! Kepada setiap muslim, baik dari kalangan penguasa maupun rakyat, baik orang Arab maupun orang asing. Siapa pun ia yang ridha mengikrarkan Allah SWT sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad saw. Sebagai nabi dan rasul yang diikutinya! • Prinsip Pertama: jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu Tiga tahapan penerapan syariat Islam: 1. Individu - Melakukan ketaatan dan menjauhi larangan, ini juga termasuk penerapan syariat Islam; - Melaksanakan shalat, puasa, zakat, dan haji; - Tidak mmelaksanakan transaksi ribawi; - Memakai jilbab; - Berbakti kkepada kedua orangtua, memenuhi hak-hak tetangga, dan menjaga hak jalan. 2. Masyarakat Rasulullah sawbersabda, “setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggungjawab atas kepemimpinannya.” - Menerapkan syariat Islam di rumah; - Menerapkan syariat Islam kepada para siswa, jika anda seorang guru, kepada para pegawai jika anda direktur, dan kepada para pelangan jika anda seorang niagawan. 3. Pemerintah Misalnya: Eksekusi hukuman zina, pembunuhan, minuman khamar, qadzaf, dan sebagainya. Juga membentuk dan mengistruksikan pasukan untuk berperang (jihad), menghilangkan pajak dan upeti, mencegah peredaran mminuman keras dan narkotika, menutup klub-klub hiburan yang mempertontonkan aurat, bergoyang ria, serta perbuatan mesum, dan tidak bersekutu dengan kaum mukminin. • Prinsip Kedua: Umat Islam adalah umat yang tidak pernah mati dan tidak akan mati Allah akan membinasakan generasi Islam yang rusak, kemudian menggantikannya dengan generasi yang saleh, generasi yang patuh dan taat kepada-Nya. • Prinsip ketiga: Umat yang zalim dan memusuhi kaum mukmininpasti akan binasa. • Prinsip keempat: kegagahan sangat erat kaitannya dengan perpecahan dan berbantah-bantahan. • Prinsip kelima: kemenangan tidak dapat diimpor dari Negara lain. • Prinsip keenam: “kamu akan dipimpin dengan seseorang yang sesuai dengan kondisimu.” • Prinsip ketujuh: Waspadai strategi using yang diusung oleh Amerika. • Prinsip kedelapan: Umat Islam banyak memiliki potensi sehingga mereka mampu berbuat lebih banyak. • Prinsip kesembilan: “Aku akan memerangi mereka sendirian, hingga anggota tubuhku berserakan, aku akan memerangi mereka sendirian, hingga batang leherku terpenggal.” • Prinsip kesepuluh: jangan pernah menunda-nunda pekerjaan. Agama Allah sudah jelas dan tidak ada lagi yang samar, berupa kaidah-kaidah syar’I yang sudah dimaklumi dan sunnatullah(aturan Allah) yang sudah ditetapkan jika umat Islam berrjalan diatasnya, niscaya mereeka akan memperoleh kemenangan dan kejayaan di dunia dan di akhirat. Jika mereka enggan berjalan di atasnya, maka tidak ada yang berhak dicela selain diri mereka sendiri. Daftar Pustaka Shihab,M.Quraish, Tafsir al-Misbah:Pesan, Kesan dan Keserasian dalam Al-Quran volume V, Jakarta: Lentera hati, 2005. ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishhaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3, Pustaka: Imam Syafi’I, 2008. Raghib As-Sirjani, Bukan Zaman Abrahah,Solo:Mua’ssasah Iqra,2006. TUGAS KEPADA ENGKAU YANG MERINDUKAN KEJAYAAN ISLAM INGATLAH JIKA ENGKAU MENOLONG ALLAH, MAKA ALLAH AKAN MENOLONGMU Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikih Tamkin Dosen Pengampu Mujib, M.A Oleh : Eni Riffriyanti (252100007) Najiatul Istiqomah (252100 ) JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARAMG 2012

 
FIKIH KEMENANGAN

 Bisa di lihat di http/fikihkemenangan@blogspot.com

2 komentar:

  1. sudah bisa meski blom sempurna :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. gpp, sedikit-demi sedikit jg ntar bisa sendiri yang penting ada usaha untuk belajar ^_^

      Hapus